SELAMAT DATANG

SELAMAT BERSELANCAR DI BLOG FORGEMA

Radio Suara-forGEMA

Klik Play Untuk Mendengar Radio Ende -->

Jumat, 07 Desember 2012

Resensi Buku; "TIMOR-TIMUR THE UNTOLD STORY"

Oleh: Marlin Bato
Jakarta, 06/12/2012


Seorang intelektual muda Tim-tim, Florenscio Mario Vieira mengemukakan; Barometer pelanggaran HAM di Timtim semestinya diletakkan pada situasi masa lalu ketika Indonesia-dengan dukungan luar negeri (baca: Amerika) - masuk ke Timitim. Seandainya Menlu AS Henry Kissinger tidak mampir ke Jakarta dan bertemu presiden Soeharto, mungkin saja Indonesia tidak secepat itu menerjunkan pasukan gabungan ke Dili. Ini yang ingin saya tekankan berulang-ulang pada berbagai pihak, terutama pihak asing yang getol menuding Indonesia melakukan pelanggaran HAM di Timtim. Kurang fair menggunakan barometer pascaperang dingin (dan setelah referendum) untuk menyudutkan Indonesia, sementara pihak-pihak yang mendukung Indonesia masuk Timtim terkesan "cuci tangan".

Buku "Timor-Timur The Untold Story", buah karya Kiki Syahnarki mantan panglima Kodam IX/Udayana ini mengisahkan banyak peristiwa-peristiwa geopolitik yang mempengaruhi kebijakan pemerintah Indonesia masa lalu terhadap Timor-timur. Fakta kebenaran di pihak Indonesia terutama TNI sangat jarang dipublikasi oleh media. Dalam kondisi dunia yang pada tahun 1975 masih diliputi perang dingin, terbentuknya satu negara di Timor menimbulkan kekhawatiran Amerika yang amat berkepentingan bahwa terpelihara kebebasan bergerak untuk kekuatan militernya, terutama bagi angkatan lautnya yang perlu bebas bergerak bolak-balik samudra pasifik - samudra hindia. Satu negara di Timor - Timur (sekarang Timor Leste) tidak mustahil meminta bantuan kepada Uni Soviet atau Republik Rakyat Cina untuk dapat melakukan pembangunan dan memperkuat dirinya dan hampir pasti hal itu disambut baik oleh Uni Soviet yang saat itu masih kuat posisinya. Hal ini, menjadi acuan sehingga Amerika berperan sangat strategis dan meminta bantuan Indonesia untuk menguasai Timor-Timur.

Timor-Timur The Untold Story, menguraikan secara detail kisah heroik bermula dari Revolusi Bunga di Portugal 25 April tahun 1974, yang digerakkan oleh perwira muda revolusioner-progresif yang melawan diktator Admiral Americo Thomas, Presiden Portugal kala itu. Dampak revolusi tersebut bergema di seantero Portugal dan menebarkan riak-riak hebat di berbagai koloninya termasuk Timor Portugis (Timtim). Singkat cerita pecalah konflik fisik antara UDT (Asociacao Democratica Timorense) dengan Fretilin (Frente Revolucionaria de Timor Leste Independente) ketika UDT mengadakan Movimento Revolucionario Anti-Comunista di bawah pimpinan Joao Viegas Carrascalao Komandan Operational MRAC.

Secara umum, buku setebal 436 ini mengupas tuntas berbagai fenomena dan peristiwa berdarah melalui jejak perjuangan Kiki Syahnarki selama di Timtim diantaranya;
- Penangkapan penyelundup cendana, Hal. 33
- Peristiwa Motaain 14 September 1975, Hal. 46
- Tawanan Portugis, Hal. 54
- Yonif 743 merebut Tilomar, Hal. 59
- Roman di perbatasan, Hal. 63
- Operasi Kikis, Hal. 73
- Pengepungan gunung Mamalau, Hal. 86
- Pertempuran pertama di Nunira Complex, Hal. 124
- Pengepungan gunung Builo, Hal. 136
- Lafaek dan peristiwa Dilor, Hal. 145
- Pertempuran terakhir sebelum "Pull Out", Hal. 150
- Peristiwa penodaan "Hostia" di Remexio, Hal. 174
- Peristiwa Gariana dan Dewan Kehormatan Perwira, Hal. 189
- Selisih paham dengan Prabowo Subianto, Hal. 192
- Perintah mendadak (mengenai jajak pendapat tahun 1999), Hal. 211
- Kecurangan Unamet, Hal. 222
- Masuknya pasukan multinasional (Interfect), Hal. 230
- Konvoi terakhir Batalyon 745, Hal. 249
- Tewasnya wartawan Sander Roberts Thoenes, Hal. 252
- Menghadapi kelompok prokemerdekaan, Hal. 258
- Kunjungan Megawati dan penyerahan senjata yang ricuh, Hal. 283
- Tertembaknya prajurit Manning di Selandia Baru, Hal. 290
- Terbunuhnya tiga personel UNHCR, Hal. 295
- Konflik dengan Dubes AS Robert Gerbalt, Hal. 313
- Banjir di Belu selatan, Hal. 320
- Tuduhan pelanggaran HAM yang membabi buta, Hal. 357
- Cap "Master Of Terrors" yang tendensius, Hal. 359
- Pertemuan terakhir Hal. 398

Lepasnya Timor-Timur menyisahkan banyak sejarah perjuangan dengan tetes darah, air mata dan nyawa yang dikorbankan oleh putera-puteri terbaik Indonesia. Tidak kurang dari 3000 prajurit tewas di medan tempur dalam operasi seroja. Namun, meski darah sudah ditumpahkan, semuanya hanya tinggal kenangan dalam bayang-bayang semu. Sejarah yang sudah tertulis, tetaplah sejarah yang patut dikenang sepanjang masa.

Dari rangkaian cerita dalam buku ini, dapat disimpulkan bahwa keutuhan kedaulatan teritorial suatu negara yang merdeka adalah sangat tergantung dari perang informasi, peranan media asing maupun media lokal, situasi global, kekuatan intelijen serta peta kekuatan geopolitk yang sewaktu-waktu ibarat bom yang dapat merusak seluruh tatanan kedaulatan jika eksistensi hegemoni asing kian berurat akar pada seluruh persendihan hidup. Karena itu, lobi-lobi politik luar negeri berada pada posisi sangat strategis dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah. Lebih dari semua itu, kunci yang paling sentral untuk mempertahankan krusial kedaulatan suatu negara adalah mengakrabi "gress root" dan meraih simpati kaum jelata kiri.

Salam Embun!

Tidak ada komentar: