Seorang intelektual muda Tim-tim, Florenscio Mario Vieira mengemukakan;
Barometer pelanggaran HAM di Timtim semestinya diletakkan pada situasi
masa lalu ketika Indonesia-dengan dukungan luar negeri (baca: Amerika) -
masuk ke Timitim. Seandainya Menlu AS Henry Kissinger tidak mampir ke
Jakarta dan bertemu presiden Soeharto, mungkin saja Indonesia tidak
secepat itu menerjunkan pasukan gabungan ke Dili. Ini yang ingin saya
tekankan berulang-ulang pada berbagai pihak, terutama pihak asing yang
getol menuding Indonesia melakukan pelanggaran HAM di Timtim. Kurang
fair menggunakan barometer pascaperang dingin (dan setelah referendum)
untuk menyudutkan Indonesia, sementara pihak-pihak yang mendukung
Indonesia masuk Timtim terkesan "cuci tangan".
Buku
"Timor-Timur The Untold Story", buah karya Kiki Syahnarki mantan
panglima Kodam IX/Udayana ini mengisahkan banyak peristiwa-peristiwa
geopolitik yang mempengaruhi kebijakan pemerintah Indonesia masa lalu
terhadap Timor-timur. Fakta kebenaran di pihak Indonesia terutama TNI
sangat jarang dipublikasi oleh media. Dalam kondisi dunia yang pada
tahun 1975 masih diliputi perang dingin, terbentuknya satu negara di
Timor menimbulkan kekhawatiran Amerika yang amat berkepentingan bahwa
terpelihara kebebasan bergerak untuk kekuatan militernya, terutama bagi
angkatan lautnya yang perlu bebas bergerak bolak-balik samudra pasifik -
samudra hindia. Satu negara di Timor - Timur (sekarang Timor Leste)
tidak mustahil meminta bantuan kepada Uni Soviet atau Republik Rakyat
Cina untuk dapat melakukan pembangunan dan memperkuat dirinya dan hampir
pasti hal itu disambut baik oleh Uni Soviet yang saat itu masih kuat
posisinya. Hal ini, menjadi acuan sehingga Amerika berperan sangat
strategis dan meminta bantuan Indonesia untuk menguasai Timor-Timur.
Timor-Timur The Untold Story, menguraikan secara detail kisah heroik
bermula dari Revolusi Bunga di Portugal 25 April tahun 1974, yang
digerakkan oleh perwira muda revolusioner-progresif yang melawan
diktator Admiral Americo Thomas, Presiden Portugal kala itu. Dampak
revolusi tersebut bergema di seantero Portugal dan menebarkan riak-riak
hebat di berbagai koloninya termasuk Timor Portugis (Timtim). Singkat
cerita pecalah konflik fisik antara UDT (Asociacao Democratica
Timorense) dengan Fretilin (Frente Revolucionaria de Timor Leste
Independente) ketika UDT mengadakan Movimento Revolucionario
Anti-Comunista di bawah pimpinan Joao Viegas Carrascalao Komandan
Operational MRAC.
Secara umum, buku setebal 436 ini mengupas
tuntas berbagai fenomena dan peristiwa berdarah melalui jejak perjuangan
Kiki Syahnarki selama di Timtim diantaranya; - Penangkapan penyelundup cendana, Hal. 33 - Peristiwa Motaain 14 September 1975, Hal. 46 - Tawanan Portugis, Hal. 54 - Yonif 743 merebut Tilomar, Hal. 59 - Roman di perbatasan, Hal. 63 - Operasi Kikis, Hal. 73 - Pengepungan gunung Mamalau, Hal. 86 - Pertempuran pertama di Nunira Complex, Hal. 124 - Pengepungan gunung Builo, Hal. 136 - Lafaek dan peristiwa Dilor, Hal. 145 - Pertempuran terakhir sebelum "Pull Out", Hal. 150 - Peristiwa penodaan "Hostia" di Remexio, Hal. 174 - Peristiwa Gariana dan Dewan Kehormatan Perwira, Hal. 189 - Selisih paham dengan Prabowo Subianto, Hal. 192 - Perintah mendadak (mengenai jajak pendapat tahun 1999), Hal. 211 - Kecurangan Unamet, Hal. 222 - Masuknya pasukan multinasional (Interfect), Hal. 230 - Konvoi terakhir Batalyon 745, Hal. 249 - Tewasnya wartawan Sander Roberts Thoenes, Hal. 252 - Menghadapi kelompok prokemerdekaan, Hal. 258 - Kunjungan Megawati dan penyerahan senjata yang ricuh, Hal. 283 - Tertembaknya prajurit Manning di Selandia Baru, Hal. 290 - Terbunuhnya tiga personel UNHCR, Hal. 295 - Konflik dengan Dubes AS Robert Gerbalt, Hal. 313 - Banjir di Belu selatan, Hal. 320 - Tuduhan pelanggaran HAM yang membabi buta, Hal. 357 - Cap "Master Of Terrors" yang tendensius, Hal. 359 - Pertemuan terakhir Hal. 398
Lepasnya Timor-Timur menyisahkan banyak sejarah perjuangan dengan tetes
darah, air mata dan nyawa yang dikorbankan oleh putera-puteri terbaik
Indonesia. Tidak kurang dari 3000 prajurit tewas di medan tempur dalam
operasi seroja. Namun, meski darah sudah ditumpahkan, semuanya hanya
tinggal kenangan dalam bayang-bayang semu. Sejarah yang sudah tertulis,
tetaplah sejarah yang patut dikenang sepanjang masa.
Dari
rangkaian cerita dalam buku ini, dapat disimpulkan bahwa keutuhan
kedaulatan teritorial suatu negara yang merdeka adalah sangat tergantung
dari perang informasi, peranan media asing maupun media lokal, situasi
global, kekuatan intelijen serta peta kekuatan geopolitk yang
sewaktu-waktu ibarat bom yang dapat merusak seluruh tatanan kedaulatan
jika eksistensi hegemoni asing kian berurat akar pada seluruh
persendihan hidup. Karena itu, lobi-lobi politik luar negeri berada pada
posisi sangat strategis dalam mempengaruhi kebijakan pemerintah. Lebih
dari semua itu, kunci yang paling sentral untuk mempertahankan krusial
kedaulatan suatu negara adalah mengakrabi "gress root" dan meraih
simpati kaum jelata kiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar