SELAMAT DATANG

SELAMAT BERSELANCAR DI BLOG FORGEMA

Radio Suara-forGEMA

Klik Play Untuk Mendengar Radio Ende -->

Jumat, 30 November 2012

PERBURUAN 10 JEJAK BUNG KARNO DI ENDE



Oleh: Marlin Bato
Jakarta, 29 November 2012



"Gaja mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang dan manusia mati meninggalkan nama", begitulah hakikat peribahasa tua yang pantas disandang Bung Karno.


Pagi itu, Kamis, 22 November 2012 suasana kota Ende begitu sejuk. Sejak pukul 06.00 Wita simpul-simpul kehidupan masyarakat Ende mulai kembali bergeliat, denyut dan nafas pun perlahan berdegub kencang. Seperti biasa setiap insan melakukan ritual pagi dengan rutinitas yang sudah dilakoni sehari-hari. Ada hal paling menarik dari kota ini. Ende berkembang begitu pesat. Sejak reformasi bergulir, perlahan Ende terus memetamorfosikan diri beradaptasi dengan era globalisasi. Tak pelak, sejumlah hotel dan penginapan, pusat perbelanjaan, serta pasar-pasar tradisonal terus berdenyut memutar roda perekonomian masyarakat Ende.Tampak pula Hotel Grand Wisata yang sudah masuk taraf hotel nasional dengan menyandang predikat bintang tiga. Tidak heran, hotel ini selalu ramai dikunjungi oleh pejabat pusat maupun daerah. Disitulah saya bersama tim survei dari Jakarta menghabiskan waktu seminggu untuk menelusuri sepuluh jejak-jejak Bung Karno yang ada di Ende. Target kami adalah menelusuri kesepuluh tempat-tempat yang pernah di jejaki Bung Karno selama di Ende, diantaranya;


1. Pelabuhan

2. Pos Militer
3. Rumah Pengasingan Bung Karno
4. Taman Rendo,
5. Masjid Ar-Rabitah
6. Katedral
7. Gedung Pertunjukan Imacullata
8. Rumah Pastoran
9. Hotel/Tokoh
10. Makan Ibu Amsi

Pagi itu, tepat pukul 08:00 Wita tim ekspedisi mendatangi kantor bupati Ende di Jl. Eltari, membawah misi khusus berkaitan dengan "Master Plan Kawasan Bersejarah Bung Karno di Ende". Karena itu kehadiran kami disana adalah untuk menyampaikan sekaligus memberikan surat undangan resmi dalam acara rapat pembahasan dan workshop diseminasi draft master plan kawasan bersejarah Bung Karno di Ende. Namun, sesampainya disana kami mendapati seluruh staff beserta bupati sedang melaksanakan apel bendera. Akhirnya kami harus menunggu beberapa saat hingga apel tuntas. Tak lama berselang, upacara apel pagi telah selesai dan kami pun merangsek masuk ke kantor bupati untuk menemui beliau. Akan tetapi lagi-lagi kami harus berbalik arah karena pagi itu bupati mendadak rapat diluar kantor bersama beberapa kepala dinas. Sehingga kami pun harus memutuskan untuk kembali pukul 10.00 pagi.


Selisi waktu dua jam, kami pun memanfaatkannya untuk mendatangi beberapa tokoh dan pelaku sejarah berkaitan dengan Bung Karno. Rumah alm. H. Abdullah Ambuwaru pertama kali kami kunjungi untuk menyampaikan undangan sekaligus menggali sedikit informasi tentang Bung Karno. H. Abdullah Ambuwaru adalah pemilik rumah Bung Karno di jalan perwira ketika diasingkan di Ende. Selepas itu, kami langsung menuju makam ibu Amsi mertua Bung Karno untuk sekedar memotret. Dari makam ibu Amsi, kami bergegas menuju ke Universitas Flores untuk memberikan undangan kepada Rektor. Prof. Stefanus Djawa Nai asal Nagekeo sebagai pembicara.


Lika-liku terus kami tempu dalam tempo kurang dari dua jam. Tak hanya itu, sekolah menengah atas (SMA) Ndao juga kami hampiri untuk menemui saudari
Maria Marietta Bali Larasati dosen Universitas Flores, juga untuk menyerahkan undangan resmi. Dari Ndao, kami menuju masjid Ar-Rabitah yang terletak di jalan Ikan Duyung Ende Selatan untuk memotret. Di masjid tersebut kami menemui seorang wanita perwakilan remaja mesjid yang mengaku keturunan langsung dari raja Indradewa.

Dari beliau, kami memperoleh penuturan bahwa masjid tersebut didirikan tahun 1700-an (abad 18). Masjid inilah yang kerap didatangi Bung Karno untuk melaksanakan shalat ketika beliau diasingkan di Ende. Sampai dengan saat ini, masjid tersebut telah mengalami beberapa kali renovasi, terakhir renovasi dilakukan tahun 1990.


Tidak terasa, waktu sudah menunjukan hampir pukul 10.00 wita. Kami pun memutuskan untuk kembali ke kantor bupati untuk menemui beliau. Sesampainya disana kami mendapati bupati sedang kedatangan tamu NTT 2, Esthon Foenay. Akhirnya kami disarankan oleh sekretaris pribadi ibu Mia Mbata untuk menunggu sejenak di ruang ajudan. 10 menit berselang muncul pula dua mosalaki yang akan menemui bupati, untuk mengadukan kasus sabotase tapal batas.


Beberapa menit kemudian tim kami dipersilahkan menemui bupati. Setelah menggambarkan maksud kedatangan kami, sang bupati pun dengan sangat bersemangat langsung memerintahkan ajudannya agar turun ke titik-titik lokasi bersama beliau sendiri. Sigap!! Sekitar 10 menit kemudian kami sudah tiba di lapangan perse Ende. Beliau langsung menggambarkan secara detail jejak-jejak Bung Karno selama di Ende. Beliau seperti memahami betul seluruh urat nadi kota Ende bahkan setiap jengkal tanah dan setiap batu pijakan. Rupanya api pancasila telah berkobar begitu lama di tempat ini. Seperti ungkapan Bung Karno; "Disinilah, Dibawah Pohon Sukun Itulah, Aku Menemukan Lima Butir Mutiara". Kutipan ini adalah pidato Bung Karno ketika beliau mengunjungi Ende tahun 1950.


Setelah kurang lebih 20 menit bersafari bersama bupati Ende Drs. Don Bosco Wangge M.Si, kami pun melanjutkan petualangan kami menuju rumah ibu Mahani Sarimin. Menurut informasi, ibu Mahani ini mengetahui betul aktfitas Bung Karno selama di Ende. Dari beliau kami banyak mendapatkan informasi yang berharga. Usia ibu Mahani sekarang sudah beranjak 95 tahun. Usia yang sudah sangat rentah untuk orang-orang sebayanya. Uniknya ketika berbicara tentang Bung Karno, dia harus memangku foto Bung Karno agar ingatan-ingatan tentang Bung Karno dapat kembali merekah di benaknya.


Beliau mengisahkan, ketika di tahun 1950 Bung Karno mengunjungi Ende untuk pertama kalinya sejak menjadi Presiden. Bung Karno menemui bapak H. Abdullah Ambuwaru pemilik rumah yang ditempati Bung Karno pada masa pengasingan dan meminta rumah tersebut dijadikan museum.


Di lain pihak, ketika kami menyambangi gereja katedral Ende, disana kami menemui romo Perno sedang melaksanakan ritual misa pemberkatan umat gerejanya. Dari beliau kami mendapatkan banyak informasi tentang bung Karno. Romo Perno menjelaskan bawah; Dulu, pada masa-masa pengasingan, Bung Karno sangat dekat dengan pater Huijtink dan pater Bouman berkebangsan Belanda sehingga dikabarkan bahwa pater Huijtink sudah meramalkan Bung Karno akan menjadi pemimpin besar. Beliau menuturkan; Suatu waktu, pater Huijtink memutuskan untuk berjalan disamping kiri Bung Karno. Bung Karno di kanan beliau. Bung Karno langsung protes, katanya; "Pater harus di kanan". Namun pater Huijtink menjawab dalam nada yang agak meramal, "Tidak, Soekarno, Presiden Indonesia, di kanan".



Nantikan artikel saya selanjutnya tentang,

-"Napak Tilas Bung Karno Di NOL Kilometer Flores"
- "Syndrom Kemosalakian"


Terimakasih, semoga bermanfaat.

Salam Embun!!!!

Kamis, 29 November 2012

MENELISIK KASUS NDU'A RIA


Jakarta, 30 November 2012
Oleh, Marlin Bato
 
-Saya masih ingat betul, pada hari kamis 22 november lalu sy ke kantor bupati Ende utk urusan lain. Ketika kami sedang menunggu sang bupati, tidak lama berselang muncul pula dua org mengenakan ragi + luka lesu yang mengaku diri "Mosalaki". Mereka ditemani keluarga berjumlah sekitar 7 orang. Nah... menariknya lagi ada anak muda (Sy lupa namanya) dari Jakarta yg mengaku kenal sy, dan memang sy juga mengenal anak muda tersebut ikut mendampingi org tua mereka.

Saya jadi penasaran, lantaran pagi-pagi sekitar jam 10 mereka sudah ada di kantor bupati. Setelah ditelusuri ternyata kehadiran mereka mau menghadap bupati untuk melaporkan hal ihkwal kejadian Sabotase batas wilayah dan sabotase pengklaiman status kemosalakian. Lalu sebagai putera dari keturunan mosalaki di wilayah watuneso, saya menggambarkan kepada mereka bahwa; "Status kemosalakian itu tidak serta merta diperoleh secara mudah melainkan melalui jejak sejarah perjuangan nenek moyang terdahulu". Artinya jika bapak-bapak yang hadir disini merasa keturunan mosalaki dan mengerti betul riwayat sejarah kemosalakian; menurut pandangan saya itu sudah sangat mutlak dan tidak dapat diganggu gugat oleh siapapun.


Catatan:


Memang akhir-akhir ini banyak orang di wilayah Lio merasa tuan diatas segala tanah dan melegitimasi diri sebagai mosalaki, namun esensinya tidak jelas dari mana asal muasal tanah tersebut, dan dari mana status kemosalakiannya. Uniknya, pemerintah daerah seakan bertekuk lutut dan tidak sanggup mengatasi persoalan yang rumit tersebut. Pada hal kasus ini sangat mudah diselesaikan jika pemerintah menelisik kembali kepada sejarah tanah dan status kemosalakian berdasarkan strata sosial.


Saya menilai, bahwa memang ada upaya segelintir orang yang merasa mitra pemerintah yang kemudian melakukan sabotase dan pengklaiman sepihak tanpa menyelami kearifan lokal Lio. Tentu ini ada misi terselubung yaitu mengacaubalaukan sistem pemerintahan adat demi melanggengkan tujuan-tujuan tertentu misalnya; Menggolkan niat pemerintah pusat maupun daerah atau investor untuk memperlemah kekuatan struktural adat secara masif sehingga pemerintah dan investor secara bebas berinvestasi tanpa mengacu pada aturan-aturan adat.


Hati-hati,

jika anda merasa pemuka-pemuka adat, harus cermat melihat fenomena-fenomena yang terjadi disekitar anda. Sudah saatnya anda sebagai pemuka-pemuka adat (mosalaki) bergandeng tangan meleburkan diri dalam satu wadah agar saling memperkuat diri antara yang satu dengan yang lain.

Terimakasih

Salam Embun,,,,,,,,,,!!!

Senin, 12 November 2012

AMBISI DAN MIMPIMU ADALAH SAMUDRA

"Aku peringatkan kalian terhadap kata 'nanti', karena kata ini telah banyak menjebak para pelaku untuk terhalang dari kebaikan dan menunda-nunda proses perbaikan diri" - Ulama

Selamat pagi, sahabat-sahabatku yang tegar dan berani...

Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan jika kita tidak memulainya sekarang dan hanya menunggu.

Curahkanlah seluruh tenaga dan pikiran untuk melakukan pekerjaan dan kesempatan yang bisa dilakukan saat ini.

Lakukanlah tugas sebaik-baiknya selama kita memiliki waktu. Jangan membiarkan waktu berlalu, dan sia-sia.

Ambisi dan mimpimu adalah samudra. Meski kadang terjadi pasang surut, tapi takkan pernah surut airnya.

Oleh sebab itu, bersemangatlah selalu, meski perkerjaannya sekecil apapun. Jangan pernah menunda-nunda apa yang bisa dilakukan hari ini.

Ingatlah, engkau insan manusia yang luar biasa! Hindari selalu menunggu motivasi untuk bergerak, tetapi bergeraklah sekarang juga, dan dirimu akan termotivasi dengan sendirinya!

Setiap insan manusia dilahirkan luar biasa. Kita semua sebenarnya diberi kemampuan dan potensi yang besar dan hebat.

Oleh sebab itu, kembangkanlah setiap potensi yang ada semaksimal mungkin, dan gunakan dengan tepat, agar bermanfaat bagi sebanyak umat.

////////////////////////////////////////

The Lectern Generation Ende Of Younger (Forum Generasi Ende Muda)

1. Tim Pemain Sepak Bola Forgema Football Club sedang berpose bersama penari Forgema pada turnamen Ngada Cup VII



2.  Agatha berada di posisi kiri belakang, dan posisi kanan belakang ditempati oleh Fhelisia. Sementara Ira di posisi kiri depan, dan Susan di kanan depan. Semuanya penari Forgema yang sangat bertalenta. Salam manis untuk kalian semua, semanis senyum kalian semua yang sudah menghibur penonton Turnamen Ngada Cup VII di Stadion Atang Sutresna Kopassus Jakarta Timur.



3. Para pemain musik tradisional khas Ende Lio. Peniup suling Adolphus Reku, penabuh gendang yang berposisi duduk adalah Yonas, Levi Padalulu penabuh gendang yang sedang serius menatap tribun. Sementara Andy sedang penatap cameraman. Paling pojok adalah Ketua Forgema Wiro Bowa.




4. Musisi tradisional Forgema sedang mengiring penari dan menghibur penonton turnamen sepak bola Ngada Cup VII


5. Srikandi-srikandi Forgema sedang menari Wanda Pa'u


6. Supporter Forgema sedang berada di tribun


7. Supporter Forgema sedang berada di tribun


 8. Para Srikandi dan ksatria Forgema


9. Supporter Forgema


10. Mey Patty, salah satu official tim Forgema FC sedang euforia di Tribun.

Minggu, 11 November 2012

JEJAK SEJARAH ENDE PILOT MODEL HIDUP TOLERANSI INDONESIA

Jakarta, 12/11/2012
Oleh: Marlin Bato



"Saya bangga menjadi orang Ende". Kira-kira begitulah sekelumit perbincangan hangat sejumlah mahasiswa Ende di Jakarta yang bergabung dalam organisasi "Forum Generasi Ende Muda Jakarta (FORGEMA)". Sabtu, 10 november 2012 lalu mereka di undang hadir dalam acara "Focus Group Discussion Diseminasi Draft Master Plan Kawasan Bersejarah Bung Karno Di Ende" di hotel Ibiis Arcadia Jl. KH. Wahid Hasyim Jakarta Pusat yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan & Kebudayaan. Kebanggaan anak-anak muda Ende ini bukan tanpa dasar. Mereka sangat bersemangat ketika mendengar paparan dari sejumlah pakar arkeolog, akademisi serta  budayawan.

Dalam diskusi pendapat, Taufik Rahman seorang budawan asal Jawa, kelahiran Sumba yang pernah menginjakan kakinya di bumi pancasila ini mengungkapkan, "Ende di tahun 1500-an, pernah menjadi pusat peradaban dan mercusuar bagi bangsa Portugis di Indonesia setelah terjadi eksodus besar-besaran di tanah Flores akibat peperangan di Malaka. Jika di telusuri, kota Ende sangat mirip dengan Malaka tempo dulu. Kota Ende di bangun tahun 1500, sementara New York baru didirikan tahun 1600, artinya 100 tahun sebelum New York kota Ende sudah muncul dan menjadi primadona". Ungkapnya. Oleh Karena itu, berbanggalah kalian anak muda asal Ende. Kalian harus berbuat sesuatu yang terbaik untuk Ende. Cetusnya lagi!!

Di sisi lain, Ende merupakan kota pertama satu-satunya di Indonesia yang memproduksi Kamus bahasa Indonesia tahun 1923 versi Percetakan Nusa Indah, dan kamus Lio - Jerman tahun 1938 oleh Pastor Paul Arndt SVD yang kala itu bertugas di seminari Todabelu - Mataloko. Karena itu, tak dapat ditampik sejarah telah menjawab bahwa ketika diasingkan di Ende, Bung Karno sangat rajin mengunjungi percetakan nusa indah hanya untuk sekedar membaca buku-buku hasil dari percetakan tersebut.

"Tanpa Ende, mungkin republik ini tidak pernah ada", Ungkap Raldy Doy, seorang warga Ende dan wartawan senior tvone yang hadir pada acara diskusi tersebut.

Ikatan emosional Bung Karno dengan warga Ende sangat kuat karena terdorong oleh rasa kepedulian yang sangat besar terhadap pola dan tata cara hidup masyarakat sekitar, sehingga beliau terinspirasi dengan sistem gotong royong dan toleransi beragama masyarakat Ende. Masa-masa pembuangan Bung Karno di Ende tahun 1934-1938 merupakan masa penemuan dan pemurnian jati diri menuju kematangan menjadi seorang pemimpin besar, hingga pada akhirnya beliau menemukan 5 butir mutiara yang menjadi dasar negara. Bung Karno, sangat mengilhami Ende, begitu pula sebaliknya.

Berdasarkan reallitas tersebut, seyogyanya kabupaten Ende harus menjadi model dan contoh bagi daerah-daerah lainnya ditanah air dalam kehidupan bertoleransi antar sesama umat beragama serta suku, ras dan antar golongan. Karena Ende merupakan miniatur Indonesia yang di dalamnya terdapat beberapa kultur budaya berbeda tapi satu ikatan dengan tradisi toleransi serta gotong royong sebagai perekat.

Di tempat terpisah, penguatan argumen tentang model hidup toleransi Indonesia ini juga muncul dari Prof. Dr.Stefanus Djawanai, MA kepada RRI dihotel Grand Wisata Ende pada acara dialog budaya penggalian nilai sejarah,  kearifan lokal, seni dan budaya ende-lio Flores dalam rangka diseminasi dan program public beberapa waktu silam. Acara tersebut juga dihadiri Prof. Dr. Stefanus Djawanai,MA,  dan beberapa nara sumber diantaranya Prof. Dr.Aron Meko Mbete dari Universitas Udayana, Prof. Dr.Felysianus Sanga, M.Pd dari Undana Kupang,  Dr. Ignas Kleden dari Jakarta serta dihadiri oleh berbagai komponen masyarakat didaerah ini baik pemerhati dan pelaku budaya, tokoh agama, tokoh masyarakat serta undangan lainnya. Beliau menjelaskan, bahwa dalam konsep Ende sebagai kota model kehidupan bertoleransi antar umat beragama, berbangsa dan bernegara, Ende harus menjadi pilot model toleransi bagi daerah-daerah lainnya ditanah air.

Karena itu berdasarkan acuan tersebut, pemerintah daerah harus menyediakan sarana peribadatan dari 5 agama yang diakui oleh Negara dalam satu komplek. Menurut beliau, konsep itu juga terinspirasi dengan pemikiran Bung Karno ketika dibuang ke Ende pada tahun 1934 hingga 1938. Apa saja yang dilihatnya, apa saja yang didengarnya, apa saja yang diperbuatnya, maka muncullah gagasan besar melalui butir-butir yang terkandung dalam 5 sila yang kita kenal hingga saat ini dengan nama pancasila sebagai dasar dan ideologi Negara Indonesia. Dan karena itu, sila pertama pancasila "Ketuhanan Yang Maha Esa" sengaja dicantumkan menjadi dasar negara, yang mana "Esa" merupakan hasil akumulasi permenungan paling spektakuler dari bahasa setempat, yang berarti; "Satu, Tunggal".

Berdasarkan pemikiran besar dari sang proklamator tersebut, maka dalam kehidupan sehari-hari kita wajib menjunjung tinggi harmonisasi kehidupan diri dengan alam, sesama, nenek moyang, budaya, serta Tuhan sebagai penyelenggara kehidupan.

Oleh sebab itu,  apa yang direncanakan oleh pemerintah melalui kementerian pendidikan dan kebudayaan yaitu menyiapkan 10 titik atau area yang akan dijadikan miniatur tempat-tempat peribadatan sebagai simbol dari toleransi kehidupan umat beragama di daerah ini patut didukung oleh semua komponen masyarakat di daerah ini. Agar dengan adanya sarana dan prasaran dalam satu komplek kita mau menunjukan kepada generasi muda kita bagaimana hidup toleransi antar sesama umat beragama di Kabupaten Ende..--

Info.Forgema/JKT/RED--

ENDE MEMILIKI SEJARAH POTENSI DAN PRESTASI


Dengan ditunjukannya KPPN Ende sebagai tempat Soft Launching KPP percontohan tahap VI lingkup Kantor Wilayah Direktorat jenderal Perbendaharaan Propinsi NTT menunjukan bahwa Kabupaten Ende memiliki sejarah,  potensi dan prestasi yang membanggakan.  Hal itu disampaikan Bupati Ende Drs.Don Bosco M.Wangge,M.Si pada acara soft launching KPPN percontohan  di Ende.

Dijelaskannya KPPN Ende yang mempunyai wilayah tugas meliputi Kabupaten Ende,  Sikka dan Nagekeo memiliki peran strategis dalam menyalurkan dana APBN yang memiliki peran sigfinikan dalam menggerakan perekonomian Kabupaten Ende dan sekitarnya.

Menurutnya melalui semangat clean  government dan good governance yang di usung dalam pembentukan KPPN percontohan, diharapkan pelayanan KPPN Ende kepada staekholder dapat ditingkatkan.

Bupati Wangge menambahkan Ditjen perbendaharaan melalui KPPN memiliki komitmen untuk melakukan transfer knowledge bidang pelaksanaan anggaran sehingga perlu didukung oleh semua satker dengan bersungguh-sungguh untuk terus belajar sehingga secara bersama-sama mewujudkan pengelolaan keuangan Negara yang bersih dan bertanggungjawab.

Bupati Wangge mengharapkan agar KPPN Ende dan satuan pemerintahan pusat maupun satuan kerja pemerintah daerah senantiasa meningkatkan kinerja melalui kerja sama, komunikasi dalam suasana dan lingkungan yang saling menghormati.// RRI Ende ( Herry E)

RENCANA REVITALISASI SITUS BUNG KARNO DI ENDE



Minggu, 11 november 2012
Oleh: Marlin Bato

Kemarin, sabtu 10 november 2012, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan menyelenggarakan "Focus Group Discussion Diseminasi Draft Master Plan Kawasan Bersejarah Bung Karno Di Ende" di hotel Ibiis Arcadia Jl. KH. Wahid Hasyim Jakarta Pusat.

Acara tersebut Dihadiri oleh Staff khusus Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Menkokesrah, Menparekraft, Staff Museum Arsip Nasional, Yayasan Ende Flores, Ikatan Alumni Ndao Jakarta (ILUNDA), Komunitas Wuamesu Jakarta serta Forum Generasi Muda Ende Jakarta (FORGEMA) dan kalangan akademisi dari Universitas Indonesia serta Universitas Gajah Mada.

Dalam diskusinya, salah satu staff Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Djoko R) memaparkan sejumlah rencana strategis dan pengembangan kawasan cagar budaya Bung Karno di Ende menjadi kawasan wisata budaya skala internasional.

Namun beliau mengeluhkan mencuatnya issu bahwa ada sejumlah oknum warga Kab. Ende yang memanfaatkan rencana tersebut untuk mematok lahan-lahan mereka dengan nilai ganti rugi sebesar Rp. 5 juta permeter. Ia berharap semoga hal ini tidak terjadi agar rencana revitalisasi situs Bung Karno di Ende berjalan dengan baik.

Sejumlah arsitek terbaik dikerahkan juga untuk membantu merancang proyek ini. Taufik Rahman, salah satu budayawan yang hadir di acara tersebut mengemukakan agar rencana revitalisasi tersebut tetap mengacuh pada kearifan lokal masyarakat Ende Lio, seperti corak dan arsitektur bangunan yang akan dirancang sehingga tidak menghilangkan keasliannya.

Taufik Rahman berharap agar masyarakat lingkar kawasan situs Bung Karno turut terlibat dan berperan aktif membantu, termasuk memberikan sumbang saran dan mengawal kalancaran proyer besar tersebut.

Info.JKT/RED

Sabtu, 10 November 2012

MANAJEMEN RSUD ENDE HARUS MENGELUARKAN BIAYA TAMBAHAN

Untuk mengantisipasi ketiadaa oksigen di rumah sakit,  manajemen RSUD Ende harus mengeluarkan biaya tambahan diluar perencanaan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal itu disampaikan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)  Kabupaten Ende dr.Yayik Prawita Gati,S.pM pada rapat gabungan komisi DPRD Ende diruang rapat gabungan komisi DPRD Ende Rabu diEnde.

Dijelaskannya dalam masa penantian beberapa komponen peralatan yang harus didatangkan dari Jerman pada mesin oksigen yang rusak,  manajemen harus mengelurakan biaya tambahan untuk membeli tabung oksigen diluar perencaan sebelumnya. Menurutnya tabung yang harus dibeli sebanyak 321 tabung oksigen dengan harga pertabungnya 350 ribu rupiah pertabung sehingga total biaya yang harus dikeluarkan sebesar 112 juta 350 ribu rupiah.

Dokter Yayik menambahkan beberapa tabung oksigen itu harus didatangkan dari Bajawa dan Maumre karna stok tabung oksigen di Ende sangat terbatas,  dikataknnya  saat ini beberapa komponen peralatan yang didatangkan dari Jerman sudah berada di Ende sejak tanggal 13 Oktober lalu dan saat ini sementara dipasang oleh teknisi //  RRI Ende ( Herry E)

Jumat, 09 November 2012

LIMA FRAKSI DPRD KABUPATEN ENDE DORONG BENTUK PANSUS

Info: RRI ENDE

Lima dari tujuh Fraksi yang ada di Dewan Perwakilan Rakyat Daerah-DPRD Kabupaten Ende mendorong lembaga DPRD Kabupaten Ende agar segera membentuk  Panitia khusus-Pansus pengadaan obat-obatan di Rumah Sakit Umum Daerah-RSUD Ende yang disinyalir merugikan pasien jamkesmas maupun jamkesda  didaerah ini.

Kelima fraksi yang mendorong agar segera membentuk panitia khusus terkait pengadaan obat-obatan yang ada di RSUD Ende masing-masing Fraksi PDIP,  Fraksi Demokrat, Fraksi Golkar, Fraksi PAN dan Fraksi Kebangkitan Bangsa.  Hal itu disampaikan Ketua Fraksi PDIP DPRD Kabupaten Ende Yustinus Sani, kepada RRI dikantor DPRD Kabupaten Ende di Ende.  Dijelaskannya pertimbangan yang paling mendasar sehingga mayoritas fraksi yang ada di DPRD mendorong lembaga agar segera membentuk panitia kusus-pansus pengadaan obat-obatan yaitu keluhan masyarakat khususnya pasien jamkesmas dan jamkesda yang ada didaerah ini.

Menurutnya pada saat pasien jamkesmas maupun jamkesda membeli obat sesuai resep dokter pada apotik yang ada dirumah sakit namun kenyataanya banyak obat yang tidak tersedia di apotik rumah sakit sehingga diarahkan untuk membeli obat di apotik luar dengan harga yang cukup mahal. Dikatakanya yang menjadi pertanyaan dimanakanh tanggung jawab Askes dan pihak rumah sakit dalam memberikan jaminan terhadap pasien jamkesmas maupun jamkesda yang ada daerah ini yang bebas dari biaya perawatan termasuk biaya obat-obatan.

Yustinus Sani menambahkan tujuan lain dari pembentukan panitia khusus tersebut termasuk persiapan manajeman RSUD yang transparan dan terbuka menuju pengalihan status RSUD ende menjadi Badan Layanan Umum (BLU)  karena selama ini masyarakat terutama pasien jamkesmas dan jamkesda  keluhkan mahalnya obat yang dibeli pada apotik diluar rumah sakit sehingga terkesan pemerintah dan Askes melepas tanggung jawab terhadap pasien jamkesmas dan jamkesda yang ada. Pembentukan panitia khusus juga demikian Yustinus Sani bukan untuk mencari siapa salah dan benarnya tapi mencari benang kusutnya kemudian meluruskan kembali sehingga masyarakat tidak dijadikan korban terus menerus. // RRI Ende (Herry E)